About Gallery Soerabaja

0

Bacaan Sejarah: Concordia Res Parvae Crescunt.


Koin Florin emas Belanda tahun 1781 dengan pepatah concordia res parvae crescunt. Foto dari buku DK Eyewitness Travel Guides “Amsterdam” (1999)

Tulisan ini mencoba mengeksplorasi pepatah latin yang pernah ditulis di salah satu caption Album Orang-orang Tionghoa di Surabaya : Concordia Res Parvae Crescunt. http://www.facebook.com/album.php?aid=288071&id=263449086444#!/photo.php?fbid=10150107020096445&set=a.10150094165446445.288071.263449086444&type=1&theater

Ada dua terjemahan bahasa Inggris dari pepatah ini dimana yang pertama lebih akurat yaitu : In harmony little things grow. Terjemahan kedua meskipun membawa misi sama tapi kehilangan detailnya : Union is strength. Terjemahan bahasa Indonesia yang disesuaikan dengan pepatah local adalah Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, terjemahan bahasa Indonesia ini juga kehilangan detail dari pepatah aslinya.

Lukisan aquarel karya J. Van der Heyden circa 1920 berjudul Concordia di jalan Societeits, Surabaya. Lukisan diambil dari KITLV di link berikut :

http://kitlv.pictura-dp.nl/index.php?option=com_memorix&Itemid=28&task=topview&CollectionID=1&RecordID=16502&PhotoID=KLV001001730

Detail apakah yang begitu penting? Makna lembut sebuah pepatah bisa hilang dalam terjemahan. Secara awam setiap orang yang melek huruf dan mengerti bacaan sebuah pepatah dapat mengartikan pesan yang diutarakan. Tapi mereka yang membaca dan belajar sejarah akan menangkap nuansanya lebih dalam. Inilah kelebihan mereka yang peduli dan membaca sejarah.

Gedung Concordia yang lain di Tunjungan. Foto dari buku Krokodillenstad by Hein Buitenweg (1980)

Sebuah kata sentral di pepatah ini adalah kata concordia yang diterjemahkan menjadi harmoni. Meminjam istilah musik, harmoni adalah paduan beberapa nada yang memiliki “proporsi emas”. Harmoni muncul dari nada-nada yang berbeda; yang disatukan. Setiap nada memiliki karakter alami yang memungkinkan harmoni atau disharmoni jika dipadukan.

Unsur perbedaan ini hilang dalam terjemahan lainnya seperti union atau persatuan. Dalam konteks Indonesia perbedaan ini muncul dalam pepatah lain yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Boleh dibilang makna pepatah Concordia res Parvae Crescunt baru bisa dijelaskan secara tuntas dalam bahasa Indonesia dengan dua gabungan pepatah: Bersatu kita teguh… dan Bhinneka Tunggal Ika.

Sebuah nada tunggal dapat membangun melodi yang indah tapi dengan harmoni,melodi yang indah itu bisa menjadi warna, bentuk dan rasa. Ada pertumbuhan luar biasa dari sekedar bunyi (bermelodi) ke sensasi pencerapan yang berlipat ganda efeknya. Contoh gamblangnya jika kita memainkan gitar secara melodi dan kemudian bandingkan dengan melodi diiringi cord-cord yang pas (cord, accord, accordion dan concordia bersumber dari asal kata yang sama). Ada perbedaan mencolok antara nada individual dengan nada harmoni .

Fenomena harmoni telah diungkapkan Phytagoras tahun 580 SM. Perkembangan ilmu harmoni ini dalam sejarah music mencapai titik puncak pada saat yang sama dengan era pelayaran orang Eropa ke benua baru dan negeri-negeri Timur. Kata harmoni ini menjadi sering dipakai dan salah satunya muncul dalam semangat persatuan para pedagang Eropa yang tinggal di negeri baru. Dalam konteks Belanda kata harmoni ini mengungkapkan fakta sejarah yang terlewatkan dalam wacana sejarah resmi di sekolah; bahwa mereka datang bukan untuk menjajah tapi untuk berdagang.

Proses transformasi dari sekedar pedagang menjadi penjajah yang berkuasa penuh merupakan contoh nyata dari pepatah Concordia res Parvae Crescunt. Proses ini melibatkan peran aktif penduduk dan penguasa lokal (bukan peran aktif secara sepihak saja). Bedakan misi kedatangan penjajah lain seperti Spanyol dan Portugis yang pertama kali

berkuasa di lautan dan Inggris yang “datang” belakangan. Kapal Belanda awalnya berisi pedagang-pedagang. Dari berbagai sumber terpisah kita bisa merekonstruksi upaya pedagang Belanda ini untuk bertahan ditengah persaingan

orang Tionghoa, Spanyol, Portugis dan penguasa lokal. Keberhasilan kaum penjajah ini kemudian didukung oleh semangat Concordia di tingkat internasional (sesama penjajah) menghadapi koloni-koloni mereka.

Persatuan dari perbedaan memungkinkan hal-hal kecil tumbuh menjadi besar. Ada semangat oposisi di makna ini. Persatuan dari kesamaan (menjauhi konflik) tidak menjamin hal-hal kecil bisa tumbuh. Perbedaan yang memfasilitasi pertumbuhan adalah perbedaan yang harmoni. Dalam aksi nyatanya, para perantau membutuhkan tempat berkumpul, berdiskusi dan memecahkan perbedaan mereka untuk target yang lebih besar demi kepentingan bersama. Mereka (Belanda) membutuhkan Societeit Concordia atau Societeit Harmoni yang ada di setiap kota besar di Hindia Belanda.

Kesadaran bersatu dan menghargai perbedaan ini muncul belakangan di kalangan bumiputera. (Bahkan kesadaran ini tidak pernah muncul di benak mereka yang tidak peduli sejarah). Ironisnya kesadaran ini justru muncul sebagai produk sampingan dari edukasi yang diberikan penjajah kepada negeri jajahannya.

Sepertinya sejarah akan berulang kembali dalam manifestasi yang berbeda tapi semangat concordia dan semangat belajar dari sejarah tidak akan pernah kadaluwarsa.

Gedung Harmonie di Jakarta dari buku “Batavia in Nineteenth Century Photographs” by Scott Merrillees (2000). Perhatikan pemakaian nama Harmonie yg setali tiga uang dengan Concordia dalam bahasa latin. Gedung-gedung “bersatu kita teguh dan Bhinneka Tunggal Ika” ini dikota-kota besar Hindia Belanda selalu ada.

(tulisan ini saya copy paste dari www.surabayatempodulu.com)



Read more

Siola,dengan keramaiannya.

0
Read more

Tunjungan street

1
Read more

Soerabaja Willemskade

0
Read more
 
Copyright 2009 soerabaja-soerabaja
Design by BloggerThemes